Entri Populer

Sabtu, 30 Maret 2013

Tragedi moral di Nanggroe syariat



Minggu, 31 Maret 2013 08:46 WIB
Oleh Hanif Sofyan

Dalam bulan Februari-Maret ini saja, setidaknya kita sudah disuguhi beberapa pernyataan serius terkait kasus seks bebas. Enam warga Aceh positif HIV AIDS yang penyebab utamanya adalah seks bebas (Serambi, 28 Februari), Seks Bebas di Aceh Serius (Serambi, 4 Maret), Arisan Berhadiah Lelaki Muda (Serambi, 5 Maret) dan Seks Bebas Rambah Banda Aceh (Serambi, 21 Maret), yang dinyatakan langsung oleh Wakil Wali Kota Banda Aceh.

Bagi banyak pihak informasi itu bukan sesuatu yang baru. Sudah sejak lama desas-desus tentang kebebasan seks menyeruak dalam keseharian kita. Kasusnya bermunculan satu per satu tanpa ekspose khusus, dan hanya menjadi muatan berita media, sebagai opini dan berita. Kampus menjadi sorotan utama terkait persoalan ini, mengingat komunitas terbesarnya adalah para mahasiswa yang berusia muda dan tinggal di perumahan kos yang terkadang lost control dan menjadi ruang paling mudah tumbuhnya fenomena ini. Dulu kita santer mendengar tentang “Ayam Kampus”, sempat menjadi berita panas, kemudian menghilang seperti laiknya kasus seksual biasa. Kemudian disusul dengan pemberitaan hangat, mini cafe di pinggiran jalan sebagai media transaksi seks yang dilanjutkan dengan janji temu di losmen dan hotel di seputaran kota. Kasus ini juga sempat menjadi menu di sebuah televisi swasta. Berita ini telah ditindaklanjuti oleh Pemkot dengan pembatasan jam operasi cafe, dan kasusnya kemudian menghilang, lalu basi.

Sesungguhnya modus dari free seks itu terus bertumbuh, berubah dan bertambah, makin canggih, makin halus, dan makin tak terdeteksi karena muda-mudi makin “profesional” dalam mengolah bentuk hubungan itu. Mereka menggunakan kendaraan roda empat, janji ketemuan, dan kemudian bertemu di tujuan yang tak dicurigai umum. Lokasi operandi tak lagi melulu di hotel atau losmen, tempat yang paling sering dirazia. Kini mulai beralih ke perumahan, sehingga makin tak terdeteksi. Karena selihai-lihai penjaga keamanan, pencuri tentunya lebih lihai dalam mengelabui kejahatannya. Dan ini dilakukan secara berjamaah. Berdasarkan hasil sebuah penelitian di tahun 2011 saja, ternyata 6,42% seks bebas dilakukan oleh remaja SMA, 12,02% oleh mahasiswa. Penelitian itu juga menyebut 90% siswa terbiasa dengan blue film dan 15%-nya menyatakannya sebagai kebutuhan (Serambi, 5 Maret). Kekuatiran membesar dengan blow up pemberitaan di beberapa media. Selama kurun Februari hingga Maret saja, tak kurang dari 5 kasus besar tersangkut soal free seks. Dan yang sesungguhnya memprihatinkan kita adalah, karena seperti dalam banyak kasus lain yang berbeda, satu kasus yang muncul ke permukaan adalah bagian dari ratusan dan ribuan kasus serupa yang tak terekspose. Ini adalah ice berg, puncak gunung es persoalan kita.

Mau tak mau ketika kita mulai membicarakan sesuatu di Aceh, apalagi tentang runtuhnya moral, kita pasti akan menyentuh bahasan pada sisi syariah yang dikonfrontir dengan setiap persoalan yang muncul. Karena syariah adalah sebuah patron, rumus yang digadang mampu mencegah yang mungkar karena perspektifnya agamis, padahal di sinilah tantangan terbesarnya. Makin kaffah kita bersyariah, makin tinggi ekspektasi orang, membandingkannya dengan daerah lain, yang tidak memberlakukan sistem ini.

Ukuran-ukuran atau parameter keislaman dan kesyariatan menjadikan persoalan yang kelihatan sederhana jadi lebih rumit. Bayangkan dari satu sisi saja, dengan meningkatnya jumlah program keagamaan, seperti program Beut Ba’da Magrib, diberlakukannya kebijakan seperti Larangan Duduk Mengangkang, ditambah lagi jumlah sarana ibadah, namun tidak pararel dan signifikan dengan penambahan jumlah jamaah di masjid setiap waktu shalat dan di waktu-waktu lain. Kelompok yang memanfaatkan masjid justru terlihat eksklusif, dan penerima pesan dakwah adalah kelompok yang homogen, jamaah masjid yang sama dari waktu ke waktu. Kelompok yang menyiarkan dan memakmurkan masjid dikesankan menjadi kelompok “jadul”. Ini tidak berangkat dari sesuatu yang pesimistis, apalagi merendahkan, tapi inilah realitas kekinian zaman.

Kita bisa berkaca dalam meneropong kasus besar dengan melihat potret keseharian kita. Persoalan sederhana cara berpakaian yang katanya makin modis, trendi, up to date; model pergaulan cipika-cipika yang tak lagi menjadi pemandangan aneh. Banyak komunitas tertentu atau kelompok yang tidak lagi mengindahkan aturan muhrim-muhriman. Sekolah menjadi komunitas yang saat ini melahirkan sikap permisif terhadap model pergaulan bebas. Meskipun ada pemberlakuan pemisahan murid perempuan dan laki-laki saat jam belajar, justru berpeluang “mengobarkan semangat untuk berintim-intim di jam istirahat.”

Namun, semua fenomena itu bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba. Pascatsunami semuanya masuk seperti air bah tak terbendung bersama masuknya bala bantuan bencana. Dan hari ini kita menemukan dua hal pascatsunami. Pertama, berkah bantuan yang tak terkira yang mengubah Aceh berwajah manis metropolis. Kedua, ada wajah muram, nakal, berupa kejahatan lain yang ikut sebagai dampak pertumbuhan kota baru. Mall bertambah meriah, kendaraan memenuhi jalanan, ruang parkir makin sempit dan semrawut dan jalanan macet tiba-tiba menjadi menu tambahan kota. Komunikasi nirkabel, transportasi cepat, memungkinkan semua berpindah dalam kedipan mata. Dan tak ada yang dapat menyanggah bahwa praktik yang sedang terjadi di ibukota sebagai pusat segala macam masuknya budaya, sedang diadopsi pelan namun pasti, dalam kadar yang berbeda. Jika sebelumnya praktik asusila tersembunyi, kini lebih eksklusif. Pejabat, politikus, hingga orang awam memanfaatkan, cafe, hotel sebagai mediumnya. Janji bertemu bisa dilakukan lewat handpone, via lesehan di cafe, tidak seperti dulu harus face to face untuk booking-an. Dengan sistem yang canggih, penjahat bisa mengakali polisi dengan cara yang lebih lihai, konon lagi jika pemainnya mereka sendiri. Satu-satunya yang tidak bisa dikibuli oleh mata dan hati kita hanyalah malaikat Atid dan Raqib, penjaga hati kita, dan Tuhan yang mengawasi manusia bahkan untuk setiap daun yang luruh dari tiap pohon di seluruh alam semesta. Namun ukuran itu barangkali terlalu melangit dan abstrak bagi pelaku maksiat yang berprinsip, “Muda foya-foya, tua masuk syurga.”

Tuhan tetap ada di hati kita, dalam darah kita seperti doa yang selau kita panjatnya setiap harinya. Namun, runtuhnya “rasa memilikiTuhan” dalam hati kita menjadi pemicu utama hilangnya arah dan tujuan hidup kita hari ini. Pendekatan agama menjadi sesuatu yang tidak “indah” dan “jadul” banyak para pelaku maksiat. Dengan apa pun kemasannya, isu agama tetap menjadi barang yang tidak terbeli meskipun kita melakukannya dengan sistem cuci gudang, beli satu gratis lima. Momentum agama hanya menjadi komoditas pada momentum tertentu, ketika Ramadhan, ketika hari raya, dan ketika kematian menjelang. Saat itu kita tiba-tiba teringat ternyata masih punya Tuhan, masih punya sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan kelak setelah kehidupan dan kematian. Setelahnya kita lupa lagi! Barangkali kita butuh sustainable tsunami, untuk setiap kali mengingatkan kadar moralitas, seperti diungkap halus dalam hadih maja, “Meudoa watee sakeet, Meurateb watee gempa.” Itulah kebutuhan kita akan Tuhan hari ini.

Satu-satunya harapan kita adalah bahwa kita masih bersandar pada syariah, dengan hukum Allah yang tidak dapat dijustifikasi karena kebenarannya yang hakiki. Berikutnya adalah keluarga, dengan kualitas pertemuan, memanfaatkan momen sesederhana makan bersama, shalat berjamaah untuk mengantar dan membimbing anak-anak sebagai titipan Tuhan yang kelak akan dipertanggungjawabkan.

Lalu berharap para pemimpin kita tak hanya menjadikan syariah sebagai pencitraan, namun dengan kekuasaannya yang besar dapat melakukan intervensi untuk semua jenis kebaikan. Melakukan langkah proaktif bukan reaktif, terhadap kemunculan berbagai persoalan. Dan dalam perspektif yang luas, menjadikan Aceh sebagai negeri Islami dan madani.

Almarhum Prof Dr Safwan Idris MA pernah mengatakan, “Islam itu bukan simbolitas, Islam tidak terletak pada besarnya surban, tingginya peci, tertutupnya aurat seluruh badan, tetapi Islam itu adalah pengamalan secara kaffah. Sangat bagus jika pengamalannya sampai pada tahap seseorang dapat memakai simbol-simbol, tetapi intinya bukan di sana.”

Rabu, 27 Maret 2013

Bandit narkoba bergengsi Aceh di tangkap BNN

Bos Sabu Aceh Punya BMW, Porche dan POM Bensin Ditangkap BNN


Rabu, 27 Maret 2013 22:33

Jakarta - Badan Narkotika Nasional (BNN) menangkap bos sabu-sabu asal Aceh berinisial F. Untuk memberikan efek jera pengedar narkoba, BNN memberlakukan penelusuran pencucian uang hasil penjualan narkoba, yang selanjutnya akan disita negara.

"Di Jakarta, ada 1 unit porsche yang dibeli pada 2012 dengan harga Rp 2,5 miliar. BMW tipe terbaru dengan harga Rp 1,5 miliar dan ada uang di rekeningnya itu sekitar Rp 10 miliar," ucap Direktur Pemberantasan BNN Brigjen Pol Benny Mamoto di Gedung BNN, Jakarta, Rabu (27/3/2013).

Selain itu BNN juga menelusuri dugaan pencucian uang aset F di Aceh.

"Kita lacak asetnya di Aceh. Ada beberapa lahan di Aceh. Terus ada beberapa ruko, 1 unit Pom bensin. Lalu ada hotel senilai Rp 20 miliar," urai Benny.

Menurutnya, BNN sudah melakukan penyelidikan dari awal 2012. F bisa ditangkap berdasarkan informasi dari pengedar-pengedar narkoba yang sudah ditangkap lebih dulu. Dari keterangan mereka, F merupakan bandar paling berkuasa di Aceh.

Hingga saat ini, BNN enggan memberitahukan berapa banyak sabu-sabu yang dikuasainya. Sebanyak 3 mobil mewah F sudah disita dan diparkir di basement Gedung BNN. [1-liputan6]


Selasa, 26 Maret 2013

Jakarta belum terima bendera Aceh!

Jakarta Belum Terima Bendera Aceh


Selasa, 26 Maret 2013 19:40

Jakarta - Kementerian Dalam Negeri akan mengevaluasi Qanun Nomor 3 Tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Aceh. Pasalnya atribut baru berpotensi melanggar sejumlah peraturan perundangan karena mengadopsi bendera dan lambang Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

"Iya kita sudah mendengar adanya qanun tersebut. Saat ini sedang dievaluasi oleh Kemendagri," kata Mendagri Gamawan Fauzi ketika dihubungi, Selasa (26/3).

Menurut rencana, ungkap Gamawan, pihaknya segera memberi tanggapan terkait qanun tersebut. "Kamis ini, saya tanda tangani. Mudah-mudahan awal pekan depan disampaikan oleh Ditjen Otonomi Daerah ke pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam," ungkapnya.

Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) qanun pada Jumat (22/3) dan telah dimasukkan ke dalam lembaran daerah pada Senin (25/3).

Dalam Qanun Bendera dan Lambang Aceh ditetapkan, bendera Aceh berbentuk segi empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 dari panjang, warna dasar merah, dua buah garis lurus putih di bagian atas dan bawah, 1 garis hitam di bagian atas dan bawah. Pada bagian tengah bendera terdapat gambar bulan bintang dengan warna putih dan hitam.

Untuk lambang akan terdiri atas gambar singa, buraq, rencong, gliwang, perisai, rangkaian bunga, daun padi, jangkar, huruf ta tulisan Arab, kemudian gambar bulan bintang dengan semboyan Hudep Beu Sare Mate Beu Sajan. Baik bendera maupun lambang tersebut sama sekali tak berbeda dengan bendera dan lambang GAM antara 1976 hingga 2005.

[006-metrotvnews]

Senin, 25 Maret 2013

Ini efek dari banyak stres

Ini Penyebab Jika Banyak Mikir




"JANGAN terlalu banyak berpikir! Terus memikirkan peristiwa yang membuat stres bisa meningkatkan 20 persen peradangan dalam tubuh Anda,” kata peneliti dari Ohio University.
Bila berlebihan merenungkan masa lalu, pada dasarnya Anda menciptakan hormon stres dalam pikiran Anda, kata penulis Peggy Zoccola, Ph.D.

“Stres bisa berdampak pada perubahan dalam tubuh Anda dari detak jantung, tekanan darah, atau tingkatan kartisol (hormon yang mempengaruhi metabolisme tubuh) dan terus merenungkan peristiwa stres itu bisa mengaktifkan suasana negatif yang sama dalam tubuh saat itu,” tambahnya.

Selanjutnya, kata dia, jika Anda tidak bisa beranjak dari pikiran itu, maka bisa berdampak pada peradangan yang berisiko tinggi, seperti penyakit jantung dan penyakit lainnya. “Jika terus-menerus melakukan hal itu, Anda mudah terserang gangguan penyakit,” katanya, seperti dilansir Mens Health.

“Jadi jika Anda panik, coba tersenyumlah. Percaya atau tidak, hanya dengan pura-pura senyum dapat membantu mengurangi efek stres dan menurunkan detak jantung Anda,” kata Zoccola dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Univercity of Kansas.

Dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Univercity of Kansas, Zoccola menyimpulkan bahwa dengan mengaktifkan otot-otot di wajah seperti mengirimkan pesan ke otak, Anda merasa senang dan tenang.

Sabtu, 23 Maret 2013

Rahasia dan Fakta Menakjubkan dari Air Zam-Zam



TELAGA zam-zam yang kita ketahui sekarang, ditemukan oleh Siti Hajar isteri kedua Nabi Ibrahim a.s dan ibu kepada anak Nabi Ibrahim yaitu Nabi Ismail. Siti Hajar dan anak kecilnya Nabi Ismail kehausan di kawasan gurun pasir.

Lalu Siti Hajar berlari-lari 7 kali antara bukit Safa dan Marwa untuk mendapatkan air untuk anaknya. Dan Allah menghantar malaikat Jibrail untuk mengeluarkan air suci dari tengah-tengah padang pasir itu.

Lokasinya ialah tempat Nabi Ismail menghentak-hentak kaki dan menangis. Siti Hajar mengepung kawasan mata air itu dengan batu-batu dan memanggil zamzam yang bermaksud 'kepung air'. Ketika itu Mekah belum ada penduduk. Dan dari sinilah awal kemakmuran Mekkah.

Namun, Tak banyak yang tahu bagaimana caranya sumur zam-zam bisa mengeluarkan puluhan juta liter pada satu musim haji, tanpa pernah kering sekali pun. Seorang peneliti pernah diperintahkan raja Faisal menyelidiki sumur zam-zam untuk menjawab tuduhan kotor seorang doktor dari Mesir.

Berapa Juta Liter Air Zam-Zam?

Berapa banyak air zam-zam yang di “kuras” setiap musim haji? Mari kita hitung secara sederhana. Jamaah haji yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia pada setiap musim haji dewasa ini berjumlah sekitar dua juta orang. 

Semua jemaah diberi 5 liter air zam-zam ketika pulang nanti ke tanah airnya. Kalau 2 juta orang membawa pulang masing-masing 5 liter zam-zam ke negaranya, itu saja sudah 10 juta liter. 

Disamping itu selama di Mekah, kalau saja jamaah rata-rata tinggal 25 hari, dan setiap orang menghabiskan 1 liter sehari, maka totalnya sudah 50 juta liter !!

Keanehan Air Zam-Zam

Pada tahun 1971, seorang doktor dari negeri Mesir mengatakan kepada Press Eropah bahwa air Zamzam itu tidak sehat untuk diminum. Asumsinya didasarkan bahwa kota Mekah itu ada di bawah garis permukaan laut. Air Zamzam itu berasal dari air sisa buangan penduduk kota Mekah yang meresap, kemudian mengendap terbawa bersama-sama air hujan dan keluar dari sumur Zamzam. Masya Allah.

Berita ini sampai ke telinga Raja Faisal yang kemudian memerintahkan Mentri Pertanian dan Sumber Air untuk menyelidiki masalah ini, dan mengirimkan sampel air Zamzam ke Laboratorium-laboratorium di Eropah untuk ditest.
Tariq Hussain, insinyur kimia yang bekerja di Instalasi Pemurnian Air Laut untuk diminum, di Kota Jedah, mendapat tugas menyelidikinya. Pada saat memulai tugasnya, Tariq belum punya gambaran, bagaimana sumur Zamzam bisa menyimpan air yang begitu banyak seperti tak ada batasnya.
Ketika sampai di dalam sumur, Tariq amat tercengang ketika menyaksikan bahwa ukuran “kolam” sumur itu hanya 18 x 14 feet saja (Kira-kira 5 x 4 meter). Tak terbayang, bagaimana caranya sumur sekecil ini bisa mengeluarkan jutaan galon air setiap musim hajinya. Dan itu berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu, sejak zaman Nabi Ibrahim AS.

Penelitian menunjukkan, mata air zamzam bisa memancarkan air sebanyak 11-18 liter air per detik. Dengan demikian, setiap menit akan dihasilkan 660 liter air. Itulah yang mencengangkan.

Tariq mulai mengukur kedalaman air sumur. Dia minta asistennya masuk ke dalam air. Ternyata air sumur itu hanya mencapai sedikit di atas bahu pembantunya yang tinggi tubuhnya 5 feet 8 inci. Lalu dia menyuruh asistennya untuk memeriksa, apakah mungkin ada cerukan atau saluran pipa di dalamnya. Setelah berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, ternyata tak ditemukan apapun!.


Dia berpikir, mungkin saja air sumur ini disuppli dari luar melalui saluran pompa berkekuatan besar. Bila seperti itu kejadian nya, maka dia bisa melihat turun-naiknya permukaan air secara tiba-tiba. Tetapi dugaan inipun tak terbukti. Tak ditemukan gerakan air yang mencurigakan, juga tak ditemukan ada alat yang bisa mendatangkan air dalam jumlah besar.

Selanjutnya Dia minta asistennya masuk lagi ke dalam sumur. Lalu menyuruh berdiri, dan diam ditempat sambil mengamati sekelilingnya. Perhatikan dengan sangat cermat, dan laporkan apa yang terjadi, sekecil apapun.

Setelah melakukan proses ini dengan cermat, asistennya tiba-tiba mengacungkan kedua tangannya sambil berteriak: “Alhamdulillah, Saya temukan dia! Pasir halus menari-nari di bawah telapak kakiku. Dan air itu keluar dari dasar sumur”.

Lalu asistennya diminta berputar mengelilingi sumur ketika tiba saat pemompaan air (untuk dialirkan ke tempat pendistribusian air) berlangsung.

Dia merasakan bahwa air yang keluar dari dasar sumur sama besarnya seperti sebelum periode pemompaan. Dan aliran air yang keluar, besarnya sama di setiap titik, di semua area. Ini menyebabkan permukaan sumur itu relatif stabil, tak ada guncangan yang besar

Mengandung zat Anti-Kuman

Hasil penelitian sampel air di Eropah dan Saudi Arabia menunjukkan bahwa Zamzam mengandung zat fluorida yang punya daya efektif membunuh kuman, layaknya seperti sudah mengandung obat.

Lalu perbedaan air Zamzam dibandingkan dengan air sumur lain di kota Mekah dan Arab sekitarnya adalah dalam hal kuantitas kalsium dan garam magnesium.

Kandungan kedua mineral itu sedikit lebih banyak pada air zamzam. Itu mungkin sebabnya air zamzam membuat efek menyegarkan bagi jamaah yang kelelahan.

Keistimewaan lain, komposisi dan rasa kandungan garamnya selalu stabil, selalu sama dari sejak terbentuknya sumur ini. “Rasanya” selalu terjaga, diakui oleh semua jemaah haji dan umrah yang selalu datang tiap tahun.

Menyembuhkan Penyakit

Nabi saw menjelaskan: 

”Sesungguhnya, Zamzam ini air yang sangat diberkahi, ia adalah makanan yang mengandung gizi”.

Nabi saw menambahkan: 

“Air zamzam bermanfaat untuk apa saja yang diniatkan ketika meminumnya. Jika engkau minum dengan maksud agar sembuh dari penyakitmu, maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum dengan maksud supaya merasa kenyang, maka Allah mengenyangkan engkau. Jika engkau meminumnya agar hilang rasa hausmu, maka Allah akan menghilangkan dahagamu itu. Ia adalah air tekanan tumit Jibril, minuman dari Allah untuk Ismail”. (HR Daruqutni, Ahmad, Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas).

Rasulullah saw pernah mengambil air zamzam dalam sebuah kendi dan tempat air dari kulit, kemudian membawanya kembali ke Madinah. Air zamzam itu digunakan Rasulullah saw untuk memerciki orang sakit dan kemudian disuruh meminumnya.
Dalam penelitian ilmiah yang dilakukan di laboratorium Eropa, terbukti bahwa zamzam memang lain. Kandungan airnya berbeda dengan sumur-sumur yang ada di sekitar Makah;
  1. Kadar Kalsium dan garam Magnesiumnya lebih tinggi dibanding sumur lainnya, berkhasiat untuk menghilangkan rasa haus dan efek penyembuhan.
  2. Zamzam juga mengandung zat fluorida yang berkhasiat memusnahkan kuman-kuman yang terdapat dalam kandungan airnya.
  3. Yang juga menakjubkan adalah, tak ada sedikit pun lumut di sumur ini. Zamzam selalu bebas dari kontaminasi kuman.
  4. Anehnya lagi, pada saat semua sumur air di sekitar Mekah dalam keadaan kering, sumur zamzam tetap berair. Dan zamzam memang tak pernah kering sepanjang zaman.

Beberapa ulama fikih merekomendasikan agar jamaah haji membawa zamzam ketika pulang ke negaranya sebab zamzam itu bisa sebagai obat untuk suatu penyembuhan. Dan ini terbukti, banyak jamaah dari Indonesia maupun negara lain yang pernah merasakan keajaiban air zamzam.


Hati yang lapang

SEORANG pemuda yang sedang galau mendatangi seorang ulama yang bijaksana. Pemuda tersebut sudah tidak mampu lagi menjalani kehidupannya yang penuh problematika, sehingga ia pun mengadu kepada ulama tersebut.

“Wahai orang alim, aku sudah bosan hidup dengan permasalahan yang tiada henti mendera kehidupanku. Dapatkah engkau membantuku menyelesaikan segala masalah yang selalu ada dalam hidupku ini?” Tanya pemuda itu.

“Hai pemuda yang gagah, adakah tempat di muka bumi ini yang tidak menimbulkan masalah?

Sesungguhnya setiap yang bernyawa di dunia ini tidak akan terlepas dari yang namanya permasalahan. Nah, maukah kamu aku berikan cara agar mudah menghadapi permasalahanmu itu?” Ulama tersebut balik bertanya.

“Apa yang harus aku lakukan?” Pemuda itu kembali bertanya.

Ulama tersebut hanya tersenyum sembari mengambil segenggam garam dan memasukkannya ke dalam gelas yang berisi air.

Garam itu diaduknya dalam gelas yang berisi air tersebut hingga larut dan diberikan kepada pemuda itu. Kemudian, pemuda tersebut diminta meminum air garam dalam gelas tadi.

“Bagaimana rasanya?” Tanya ulama tersebut.

“Asin sekali,” jawab pemuda itu.

Selanjutnya sang ulama mengajak pemuda itu ke tepi danau air tawar yang luas. Ia pun memasukkan segenggam garam yang sama ukurannya dengan garam sebelumnya yang dimasukkan ke dalam gelas tadi.

Setelah beberapa saat mengaduk-aduk air di tepi danau itu, ia pun menyuruh anak muda tadi mengambil air dari danau itu dan diminta meminumnya.

“Bagaimana rasanya?” Ulama itu kembali bertanya.

“Hambar, tawar dan tidak berasa,” kata pemuda itu.

“Demikianlah permasalahan hidup, jika kita menghadapinya dengan hati sempit seperti gelas tadi, maka sangat terasa berat permasalahan hidup ini. Sebaliknya, jika kita menghadapi berbagai macam masalah dengan hati yang lapang seluas danau itu, maka tidak akan terasa permasalahan di dunia ini.

Sesungguhnya masalah yang paling berat hanya ketika manusia berada di neraka, maka jadikanlah permasalahanmu di dunia ini sebagai lumbung amal sholehmu agar terbebas dari perkara di neraka jahim.” Jelas ulama itu sambil berlalu meninggalkannya.

Hikmah yang dapat diambil dari ulasan kisah tersebut adalah pentingnya melapangkan hati dalam menyikapi problematika hidup ini. Hati yang lapang akan mampu menampung dan menetralisir permasalahan hidup yang silih berganti datangnya.

Luas dan sempitnya hati sangat mempengaruhi mental seseorang dalam menjalani liku-liku kehidupan. Dengan hati yang lapang, seseorang akan lebih bijak memahami permasalahan hidupnya. Karena hati yang lapang merupakan bagian dari kesabaran seseorang, dan kesabaran adalah anugerah terbaik dari Allah SWT.

''...dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang dari pada kesabaran.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dan telah banyak pembahasan mengenai sabar yang merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang beriman.

“Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, maka ia bersyukur. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena mengetahui bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR Muslim).[] sumber : republika

Jumat, 22 Maret 2013

Kunci Meraih Masa Depan Sukses

Anda pasti setuju bahwa menggapai masa depan yang didamba-dambakan, tidak semudah menjetikkan jari

Memiliki masa depan yang cerah pasti menjadi tujuan hidup semua orang. Sukses dalam pendidikan, karier, dan memiliki keluarga yang bahagia merupakan definisi sebagian besar orang tentang masa depan yang cerah.

Tapi, Anda pasti setuju bahwa menggapai masa depan yang didamba-dambakan, tidak semudah menjetikkan jari. Banyak rintangan yang harus dilewati! Entah itu dari dalam diri sendiri, atau juga lingkungan sekitar.

Karenanya, jangan pernah patah semangat untuk melalui rintangan-rintangan tersebut, Simak beberapa inspirasi kunci meraih masa depan yang cerah berikut ini:

- Mimpi dan niat merupakan awal dari segalanya, dare to dream mengembangkan diri sendiri dan berusaha keras adalah kunci meraih masa depan yang cerah.

- Jika yakin dengan kemampuan diri sendiri, maka kita akan berani mencoba hal atau tantangan baru. Sukses atau gagal, tidaklah jadi masalah! Karena yang terpenting; kita jangan pernah takut untuk maju sebelum berperang!.

- Dari proses pengembangan diri, kita akan mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman. Ya! Ilmu dan pengalaman adalah guru terbaik untuk bisa meraih masa depan yang cerah dan cemerlang. Kedua kunci tersebut pun harus saling menopang satu sama lain agar tujuan Anda bisa tercapai!

- Optimis dan yakin akan kemampuan diri sendiri, menjadi kunci dalam meraih masa depan yang cerah! Pokoknya, jangan sampai kegagalan menjadi halangan untuk meraih masa depan yang cerah. Belajarlah selalu dari kegagalan, dan jangan lupa untuk menghargai setiap usaha yang Anda buat. Life is a place to learn!.

- Kunci untuk memiliki masa depan yang cerah adalah menabung dan berinvestasi sejak dini. Lalu, jangan lupa juga untuk memiliki pola hidup yang sehat!.

- Dengan cara giat bekerja pada masa produktif dan tahu cara mengatur keuangan dengan baik, niscaya masa depan akan cerah dan cemerlang.

- Disiplin merupakan kunci untuk bisa meraih masa depan cerah. Hanya saja, kita harus bisa selalu fokus, teratur dan terarah dengan apa yang dibangun serta jalankan sedari awal, demi mewujudkan masa depan yang cerah!.

- Kunci dalam meraih masa depan cerah ada saat kita bisa menghargai dan membahagiakan orang lain. Karena menghargai orang lain sama dengan menghargai diri sendiri, dimana pada akhirnya akan membawa banyak kebahagiaan.

Bagaimana dengan Anda? Apa inpirasi cara yang menjadi kunci bagi Anda untuk meraih masa depan yang cerah?

Rabu, 20 Maret 2013

Polri: Demi Allah, Densus di biayai negara, bukan asing

Tema 'Densus milik siapa?' yang diusung oleh syarikat Islam cukup keras menyentil Kepolisian Republik Indonesia. Beberapa orang dari beberapa ormas Islam pun menyuarakan bahwa Densus dibentuk, difasilitasi oleh asing.

"Uang Densus datangnya dari luar itu sejak zaman Kapolri Dai Bachtiar. Hillary Clinton juga pernah ke sini untuk perjanjian keamanan baru itu," ujar Tim Pengacara Muslim, Egy Sudjana di kantor Syarikat Islam, Matraman, Jakarta, dilansir Merdekacom Rabu (20/3).

Pembelaan pun datang dari Korps Bhayangkara. Menurut Boy, ha-hal yang berkaitan dengan pembentukan Densus datangnya dari undang-undang.

"Tahun 2003 setelah bom Bali. Perppu diangkat menjadi UU no 15 tahun 2003 adalah peraturan resmi dalam hukum positif negara dibentuknya Densus. Kekerasan yang terjadi itu (bom Bali) disebut dengan teror. Polri yang dimandatkan untuk melaksanakan UU di negara kita," bantah Karo Penmas Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar.

Bahkan Boy menjawab ketika salah seorang peserta diskusi memintanya untuk bersumpah atas nama Tuhan.

"Demi Allah Densus tidak dibiayai oleh asing bukan oleh asing, itu dari APBN ada di dipa Polri. Saya tidak tahu yang di Da'i setahu saya tidak ada," tegasnya.

Pengertian ilmu politik

Tidak mudah memang mengkonstruksikan kata-kata penjelasan dari cakupan ilmu politik. Argumentasinya harus melalui proses pemahaman mendalam dalam memberikan ulasannya baru terkonstruk pada sebuah pandangan pemikiran. Tentunya basis pemikirannya terletak, bagaimana memahami sejarah perpolitikan serta mempelajari dari pemikiran para ahli ilmu politik. Berdasarkan pondasi itulah kita bisa mendalami cakupan dari ilmu politik itu sendiri. Tulisan ini bagian dari tanggung jawab kemanusia memberikan informasi kepada publik akan pemahaman ilmu politik. Dasar pemikiran penulis gunakan sebagai rujukan menulis terdiri dari David Marsh&Gerry Stoker, Henry J.Schmandt, dan Ramlan Surbakti.

Mari mencoba memulai dari historis kemunculan ilmu politik berawal dari Yunani kuno. Sebab di Yunani kuno telah mempraktekan politik melalui yang namanya demokrasi. Dimana nilai – nilai kebebasan manusia, keadilan, dan nasib individu diakui. Pemahaman berdemokrasi tidak terlepas dari ide-ide berdialektika para filsuf, salah satunya Aristoteles. Pemikirannya mengatakan manusia sejak lahir sudah berpolitik (man is by nature a political animal), tergantung dimensinya saja. Tidak sampai disitu saja perbedaan epistemology klasik memahami politik, Plato gurunya Aristoteles memberikan sedikit perbedaan, dimana berbicara politik tidak terlepas dari polis ideal yang didasarkan atas suatu model yang jauh melampaui dunia empiris dan historis.

Seiring kemajuan berpikir dan tindakan politik manusia. Pada abad ke 20 politik itu sendiri di artikan makin sempit, bila dibandingkan dengan pemahaman orang – orang Yunani kuno. Montesquieu (1689 – 1755), yang mengemuka bahwa semua fungsi pemerintahan dapat di masukan dalam klasifikasi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Disinilah gerakan politik berdemokratisasi menjadi lebih terarah sistem yang diterapkan.

Ternyata posisi ilmu politik belum mendapatkan pengakuan dari para pemikir berbasiskan angka dan keilmiahan. Dasarnya ilmu politik tidak menggunakan atau menerapkan proses ke ilmiah yang tepat dan akurat. Maka di labelisasikan bahwa, ilmu politik dimasukan dalam kelompok “humaniora”. Pelabelan tersebut, mendapatkan bantahan keras dari para ilmuwan politik yang menjelaskan ilmu sosial ataupun ilmu pasti, seperti fisika maupun matematika tidak dapat berurusan dengan sejumlah besar orang dalam suatu lingkungan yang tidak terkontrol. Ditambah lagi dengan masing-masing individu boleh bertingkah laku menurut kehendaknya. Menilai relasi ilmu politik dengan ilmu – ilmu sosiologi, ekonomi, antropologi, hukum, dll. Letaknya pada mengukur perilaku atau tindakan manusianya yang tidak bisa di prediksikan. Selain daripada itu menilai dampak perubahan yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

Namun demikian para ilmuwan politik akhirnya menarik garis yang lebih tajam antara fisalfat politik dan teori politik yang dimaksud adalah jelas untuk membuat ilmu politik seilmiah mungkin. Makin membuat pikiran kita tergonjang lagi, manakala pikiran kita harus menganalisis dalam menentukan ukuran atau batasan keilmiahan dari ilmu politik? bagaimana dengan benturan dari pemikiran lain yang membuat gap dari ilmu politik itu sendiri? Sejauhmana kontribusi para ilmuan politik memberikan perubahan bagi sebuah negera atau pemerintah? Pertanyaan itu menjadi debatable bila di nilai dari sudut pandang tertentu. Apalagi pemahaman politik sendiri masih menjadi perdebatan yang hingga kini belum usai. Perdebatan yang dimaksudkan yaitu menentukan defenisi kongkrit dari ilmu politik.

Setiap perkembangan ilmu politik akan dibarengi dengan tingkat pemikiran seseorang memahami perpolitikan, situasi perpolitikan, serta proses dialektika. Intinya ilmu politik tidak statis, akan tetapi mengalami dinamika – dinamika berpikir dalam menyelesaiakan masalah – masalah perpolitik maupun tindakan politik yang akan dilakukan. Tindakan politik itu wujudnya adalah memperoleh kekuasaan.
Untuk memahami kekuasaan secara tuntas tergantung dari dimensi kekuasaan apa yang dipilihnya.

Ramlan Surbakti (2010:75) membaginya menjadi enam dimensi, yaitu potensial dan aktual, positif dan negatif, konsesus dan paksaan, jabatan dan pribadi, implicit dan eksplisit, dan langsung dan tidak langsung. Kalau Ramlan menilai kekuasaan politik dari sudut pandang dimensi. Maka David Marsh & Gerry Stoker mendudukan cara berpikir memahami ilmu politik yang terbagi menjadi 6 pendekatan berpikir, pertama behaviorisme, kedua rasional, ketiga institusionalisme, keempat feminisme, kelima interpretif, dan keenam normative.

Setelah memahami posisi ilmu politik, lalu tersirat pertanyaan mendasar apa sebenarnya tujuan dari ilmu politi itu? Henry J Schmandt (2009:8) tujuan ilmu politik bukanlah pengetahuan melainkan tindakan. Berujuk pada pemahaman Henry bisa di simpulkan tindakan bebas dan sukarela manusia menentukan arah perpolitikan. Harfiahnya tujuan dari ilmu politik membangun tata kelola negara ataupun pemerintahan yang kuat secara kelembagaan, fungsi dan peran, distribusi kekuasaan dan pembangunan yang sensitive conflict, aktor – aktor representative yang berkomitmen dan bertanggung jawab pada amanah yang diamanatkannya. Bahasa sederhananya tujuan ilmu politik memberikan cara dalam bernegara yang baik.

Realitasnya ilmu politik tidak di jadikan aplikasikan dengan serius dalam merealisasikan dan memperjuangkan hak-hak dasar rakyat. Malahan para aktor intermediary menjadi pelaku dalam memarginalkan hak rakyat, dimana lebih mendahulukan kepentingan personal, kelompok, ataupun organisasinya sendiri. Tidaklah salah anggapan rakyat terhadap perpolitikan, yang mana politik itu kotor, penuh kekacauan, memunculkan masalah bahkan terkesan melenceng dari ajaran ilmu politik itu sendiri.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ilmu politik seni (crafting) perpolitikan sebuah negara atau pemerintahan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Ilmu politik tidak berdiri sendiri, tetapi banyak faktor yang membuat ilmu politik berdiri sendiri sesuai dengan ruang lingkupnya. Keberadaaan ilmu politik sudah sangat lama ada di dunia ini.

Untuk mempelajari masalah ilmu politik, kita membutuhkan beberapa metode sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ruang lingkup ilmu politik membuat ilmu politik tidak sama dengan ilmu sosial lainnya, hal itu membatasi materi-materi dalam ilmu politik agar tidak masuk ke dalam ilmu lainnya.[003]



Dulu pindah agama di anggap tabu, sekarang biasa Saja

Banda Aceh - Pasca bencana Tsunami melanda Aceh 2004 lalu, banyak sekali nilai-nilai yang telah bergeser di tanah Serambi Mekkah. Mulai dari persoalan krisis pemimpin yang Islami hingga gerakan-gerakan pemurtadan yang begitu gencar disasarankan ke Aceh.

"Persoalan hari ini kepemimpinan umat, mulai dari keplor sampai ke tingkat paling tinggi ternyata komitmen menjalankan syariat Islam perlu dipertanyakan," ujar Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. Ibnu Sakdan, M.Pd pada pengajian Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoeh Aceh Kupi Luwak, Rabu (20/3/2013).

Selanjutnya problema lain yaitu krisis kepercayaan kepada pemimpin. Setelah dinaikkan oleh sebuah tim, namun diturunkan kembali oleh tim yang menaikkan tersebut. "Krisis keteladanan juga ada kita alami, berapa banyak pemimpin yang menjadi suri tauladan, kalau tidak bagaimana memimpin rakyat," tandasnya.

Di sisi lain yang lebih meresahkan lagi hari ini, di Aceh sedang ada gerakan pemurtadan besar-besaran. Bukti yang bisa dilihat telah banyak aliran-aliran aneh di Aceh. Perlu dipertanyakan siapa yang berada di belakang. Ternyata mereka sangat pintar mempelajari sosial masyarakat di Aceh melalui pendekatan tersebut.

"Dulu di Aceh pindah agama dianggap tabu, tapi sekarang biasa aja. Ada saya mendapatkan Injil ditulis dalam bahasa Aceh. Pengalaman ada yang berani mengaku bukan Islam di Meulaboeh saat razia WH," tambah Ibnu Sakdan.

Yang paling meresahkan kata Ibnu Sakdan lagi, ada juga beberapa warung kopi di Aceh yang buka 24 jam. Setelah pukul 12 malam datang komunitas-komunitas yang tidak dikenal. "Arisan ibu-ibu untuk brondong ganteng rupanya itu tugas misionaris juga. Dulu misionaris di perbatasan, sekarang di kota malah. Perubahan itu semua pascatsunami," imbuhnya.

Sementara beberapa problema lain yaitu pertarungan ideologi. Banyak masyarakat yang menggunakan ideologi Yahudi. Imperialisme budaya semakin nampak jelas. Tidak ada lagi anak-anak menghormati terhadap orang tua.

Yang terakhir gerakan feminisme. Gerakan HAM yang digalakkan untuk kesetaraan gender. "Pengertian HAM yang diberi pemahaman selama ini. Misalnya sedikit anak disakiti sudah dilapor polisi," tutupnya. [THE GLOBE JOURNAL, Foto FB-Ilustrasi]

Problematika umat Islam di Aceh

BANDA ACEH – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Aceh, Drs H Ibnu Sa’dan MPd menyebutkan setidaknya ada 7 hal yang menjadi problematika dan tantangan bagi umat muslim di Aceh saat ini. Pengaruh budaya luar yang tidak diimbangi dengan peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT menjadi faktor utama dari timbulnya problematika umat ini.

“Kita memang harus mengikuti perkembangan zaman, tapi kita perlu memperkuat kapasitas umat agar perkembangan informasi dan teknologi ini bisa menjadi energi positif,” kata Ibnu Sa’dan dalam pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kopi Luwak, Jeulingke, Rabu (20/03/2013) malam.

Ibnu Sa’dan hadir dalam pengajian KWPSI bersama Kasubbag Informasi dan Humas Kanwil Kemenag Aceh, Akhyar, serta Kepala Seksi Kepenyuluhan Said Khuwailid.

Pengajian yang dimoderatori oleh Ketua IKADI Banda Aceh, Tgk Mulyadi Nurdin Lc MH, diikuti oleh kalangan wartawan, dosen IAIN Ar-Raniry, Hasan Basri M Nur dan Kamaruddin, Ketua Tim Pengacara Muslim (TPM) Aceh, Safaruddin SH, Direktur Baitul Arqam, H Zul Anshary Lc, kolektor naskah kuno Aceh, Tarmizi A Hamid, Koordinator Masyarakat Informasi Teknologi (MIT), Teuku Farhan, aktivis santri, Teuku Zulkhairi, pengusaha, dan mahasiswa.

Ibnu Sa’dan menyebutkan, ketujuh problematika yang dihadapi umat Islam Aceh saat ini adalah; Pertama, krisisnya kepemimpinan umat. “Syukurnya, di saat umat Islam di Aceh sedang krisis kepemimpinan yang punya komitmen kuat terhadap nilai-nilai Islam, Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah menegaskan komitmennya untuk mengawal implementasi syariat Islam dari serangan pihak luar. Penegasan ini sudah disampaikan Gubernur dalam seminar Islam Internasional di Lhokseumawe beberapa hari lalu,” ujarnya.

Problematika kedua, sebut Ibnu Sa’dan, adalah maraknya gerakan pemurtadan (gazwul fikri) dan aliran sesat di beberapa wilayah di Aceh. Dari investigasi dan data yang diperoleh jajaran Kemenag Aceh, beberapa gerakan ini memboncengi bantuan sosial sosial dan pemberian beasiswa dengan membawa misi tertentu.

“Saat ini kita sedang menghadapi perang urat saraf yang menyerang berbagai sendi kehidupan masyarakat. Bahkan beberapa hari lalu, kita dikagetkan dengan adanya berita tentang arisan berhadiah laki-laki muda. Saya pikir ini adalah imbas dari budaya luar yang harus dilawan bersama-sama,” ujarnya.

Ketiga, umat Islam di Aceh saat ini sedang menghadapi pertarungan ideologi. Pertarungan ini ditandai dengan semakin kuatnya pengaruh paham sosialis, kapitalis, sekuler, dan lain-lain dalam masyarakat Aceh. Salah satu contoh kasus ini adalah penghinaan agama Islam oleh seorang dosen melalui jejaring media sosial, yang sempat menghebohkan karena adanya penentangan dari kaum santri.

Keempat, imprealisme kultural atau penjajahan budaya. “Dalam hal ini, guru kita Profesor Dr Muslim Ibrahim MA mengatakan bahwa Aceh sedang mengalami pertukaran nilai. Bukan perubahan nilai, tapi pertukaran nilai. Salah satu buktinya adalah ketika masyarakat Aceh mulai mengukur kesuksesan seseorang dengan dengan harta, pangkat, dan jabatan, bukan lagi dengan ilmu pengetahuan dan ketaatan dalam menjalankan perintah agama,” ujarnya.

“Kita masih ingat, anak-anak begitu hormat kepada ibu dan ayah. Atau bagaimana dulu kita begitu hormat kepada guru. Tapi sekarang budaya itu sudah mulai menghilang. Bahkan ketika ada seorang ayah memimpin keluarganya untuk berdoa sebelum makan di restoran, sampai-sampai ada yang bilang ‘itu anak TK sedang berdoa’,” imbuh Ibnu Sa’dan.

Problematika kelima, adalah gerakan feminisme atau gerakan HAM versi barat yang sama sekali tidak mengindahkan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal. “Dalam hal ini, kami melihat ada semacam gerakan mafia yang ingin mengacaukan pendidikan di dayah dan pesantren. Imbasnya, guru di dayah kerap mengalami kesulitan saat ingin menegakkan disiplin kepada anak didiknya,” ujarnya.

Keenam, umat Islam di Aceh saat ini miskin kepemilikan terhadap sarana teknologi dan informasi. Sedangkan problematika ketujuh adalah belum optimalnya penertiban makanan halal dan sehat dalam masyarakat.

“Yang terakhir ini menjadi salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan semua elemen masyarakat Aceh. Kita harus memastikan bahwa anak-anak kita mendapatkan makanan yang halal dan sehat, terutama ketika membeli jajanan di sekolah. Sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang sehat dan Islami,” ujarnya.

Untuk yang terakhir ini, peserta menyarankan Kanwil Kemenag Aceh menginisiasi hadirnya lembaga konsumen berbasis syariah. “Insya Allah, kita akan segera melakukan koordinasi dengan MPU, BPPOM, Dinas Syariat Islam, dan lembaga terakait lainnya untuk mencari solusi terhadap persoalan ini,” ungkap Ibnu Sa’dan.(*)

cara membuat blog pribadi

Cara membuat blog pribadi tinggal klik di WWW.BLOGGER.COM
facebookaceh.com
rumahaceh.blogspot.com

PANTON ACEH

Ureung Meureudu Mata Hu Su Meutaga


 
Bivak Belanda Di meureudu

Mata hu su meutaga”, merupakan label untuk orang Meureudu menarik dipertanyakan. Apakah ini memang karakter masyarakatnya atau ada kisah lain. Misal ketika orang Pidie disebut Pidie pra’akSamalanga wala’ak-wala’ak. Secara subtansi, sebutan ini tak berkait dengan karakter masyarakat kedua daerah itu. Konon istilah lahir ketika DI/TII di Aceh. Saat itu situasi keamanan di Aceh tidak menentu—peresis seperti sekarang usai konflik.

Ceritanya, suatu ketika terjadi kontak tembak (perang) antara pejuang DI/TII dengan tentara Pancasila di kota Pidie (Sigli sekarang), membuat penduduk harus mengungsi, termasuk warga keturunan Cina. Mereka lari ada yang ke Bireuen, Langsa, bahkan ke Medan. Nah, warga turunan ini menceritakan keadaan Pidie dengan bahasa Aceh yang tilo-tilo alang berlogat mandarin, 

Pidie Pla’ng” (Pidie Prang ; Pidie sedang perang). “Terus di Samalanga bagaimana?”, tanya seorang warga; “Samalanga wala’ wala’am,” (Samalanga Wallahu'alam) jawab Cina itu. Namun entah bagaimana cerita itu kemudian, sehingga orang dengan gampang menyebutkan Pidie Pra’ak, Samalanga wala’ak-wala’ak.

Lain halnya sebutan orang Meureudu; mata hu su meutaga. Secara historis boleh jadi karakter masyarakat Meureudu berkait sikap tegas, disiplin dan konsekwen. Meskipun secara bahasa—orang Meureudu mata hu su meutaga—ini bisa ditafsir sebagai karakter pemarah, emosional, mudah tersinggung, bahkan bengis atau semacam memiliki sifar yang menakutkan. Sebab secara bahasa, mata hu su mentaga jelas sikap emosional yang sudah di luar control.

Kita serng membayangkan jika seseorang marah, matanya membelalak merah dengan suaranya yang keras terbentak-bentak. Maka siapa pun akan merasa takut. Namun sebenarnya ada historia yang membuat istilah atau sebutan untuki Mereudu dicap sebagai masyarakat mata hu su meutaga. Dasar sejarahnya, bukan berarti orang Meuruedu berkarakter galak, berwatak keras, atau masyarakat yang mudah marah, melainkan pada ketegasan sikap, displin, serius, dan tidak main-main dalam setiap pengambilan keputusan dalam kepemimpinan, sejauh keputusan itu untuk kebenaran dan kemeslahatan orang banyak.

Meureudu tempo doeloe
Nah, sejarah Kesultanan Aceh, belum pernah ada orang yang berani menantang Sultan, kecuali orang Meureudu, yaitu Tgk, Japakeh yang berani menantang Sultan Iskandar Muda karena tidak konsekwen pada janjinya ketika Sultan datang ke Meureudu untuk mengangkat Tgk Japakeh sebagai konsultan (penasihat) perang pada waktu Iskandar Muda hendak menaklukkan Johor dan Malaka.

Tgk. Japakeh yang bernama asli Jalaluddin, seorang ulama besar Meureudu asal Turki.; Ia datang ke Aceh jauh sebelum periode kedatangan para ulama Turki lainnya yang dikirim khusus oleh Sultan Turki ke Aceh bersama kepulangan rombongan Meuriam Lada Secupak yang dipimpin oleh Laksamana Nyak Dum. Japakeh, dua kata “Khoja” dan “Faqih”. Khoja adalah gelar untuk orang kaya di Turki atau Persia. Faqih, sebutan untuk seorang ulama di Turki. Karena orang Aceh sukua menyingkat panggilan nama seseorang, maka Khoja Faqih dipanggil orang Aceh Japakeh. Padahal nama lengkap Tgk. Japakeh adalah Khoja Faqih Jalaluddin.

Pembangunan Irigasi meureudu
Tgk. Japakeh pertama datang ke Meuredu menetap di Rawue. Rawue ini satu pemukiman awal di Meureudu yang dibangun oleh Meurah Dua di lembah pucuk sungai Meureudu yang kemudian diberi nama kampung Rawue. Sekarang letaknya sekitar 40 kilometer arah Selatan Kota Meureudu dan sangat berdekatan dengan Aceh Barat, karena Rawue ini termasuk wilayah perbatasan antara Kabupaten Pidie dan Aceh Barat.

Pada masa konflik di Aceh, Rawue ini pernah dijadikan markas GAM yang sangat aman. Lokasinya yang sulit terdeteksi juga letaknya sangat strategis di lembah pucuk sungai Meureudu yang dilindungi pergunungan. Raweu ini juga termasuk daerah keramat yang sulit dilintasi musuh. Sehingga para pejuang GAM dari Pidie dan Aceh Barat selalu berkumpul di Rawue ini, kata beberapa mantan kombatan GAM. Kampung Rawue di lembah pucuk sungai Meureudu. Sebagai bekas tempat awal menetapnya ulama besar Tgk. Japakeh, dianggap karamah. Ini mungkin menarik diteliti.

Ketika Sultan Iskandar Muda hendak datang ke Meureudu pada hari yang telah ditentukan, semua rakyat dari Rawue yang dipimpin Tgk Japakeh turun dengan segala bawaan hasil pertanian untuk menyambut kedatangan Sultan. Namun setelah beberapa hari mereka menungu di Meureudu, Sultan tak kunjung datang. Akhirnya Tgk Japakeh bersama rakyat kembali ke Rawue. Sehingga begitu Sultan Iskandar Muda tiba di Meureudu tidak seorang rakyat pun yang menyambutnya. Sultan marah besar pada rakyat Meureudu dan Tgk Japakeh karena tak ada yang menyambut kedatangannya. Hingga Sultan mengirim utusan ke Rawue memberitahu bahwa Sultan sudah tujuh hari tiba di Meureudu dan tak seorang pun yang menyambutnya.

Maka dengan penuh sesal rakyat pun terpaksa turun kembali dari Rawue ke Meureudu untuk menemui Sultan Iskandar Muda dengan segala bawaan hasil pertaniannya yang akan dipersembahkan kepada Sultan dan rombongannya. Begitu sampai di Meureudu, Tgk Japakeh langsung menghadap Sultan Iskandar Muda dan meminta maaf atas keterlambatan rakyat Meureudu menyambut kedatangannya. Tapi permintaan maaf Tgk Japakeh ini malah disambut oleh Sultan dengan kemarahan, bahkan segala persembahan hasil pertanian rakyat Meureudi tidak mau diterima oleh Sultan Iskandar Muda.

Jalur rel kereta api meureudu tempo dulu
Melihat gelagat Sultan demikian, Tgk Japakeh pun marah.“Daulat Tuanku jangan seenaknya menyalahkan kami. Ini semua kesalahan Paduka Mulia, yang tidak konsekwen pada janji kedatangannya. Tuanku bilang seminggu yang lalu Tuanku akan datang ke Meureudu. Tapi setelah beberapa hari kami tunggu dengan segala persiapan penyambutan, Paduka Yang Mulia tidak kunjung tiba. Sekarang Daulat Tuanku datang marah-marah dan menyalahi kami,” tukas Tgk Japakeh menantang Sultan Iskandar Muda.

Sangking marahnya Tgk Japakeh di hadapan Sultan, Japekeh menyuruh rakyat Meureudu untuk mengambil kembali semua barang bawaan hasil pertanian yang ingin dipersembahkan kepada Sultan disuruh ambil kembali: “Kacok boh gadong ngen boh birah, ureung han ek mutadarah bek kapumeulia”, suruh Tgk Japakeh pada semua rakyat Meureudu. ( yang maksudnya, ambil kembali semua ubi, gadung, dan talas untuk kita bawa pulang semua. Karena tiada guna kita memuliakan orang yang tidak mau menerima hormat kita).

Mendenger perkataan Japakeh yang demikian marah, Sultan Iskandar Muda pun menyadari kesalahannya. Sehingga baginda Sultan membujuk Tgk Japakeh dan rakyat Meureudu untuk tidak kembali ke Rawue, dan semua barang persembahan hasil pertanian rakyat Meureudu ketika itu diterima Sultan dengan senang hati. Setelah kedua belah pihak sudah saling memaafkan, maka dalam pembicaraan Tgk Japakeh dengan Sultan Iskandar Muda, Sultan bertanya pada Japakeh: “Mengapa orang negeri Meureudu ini keras kepala, dan berani menentangku dengan mata hu su mentaga?”.

“Ampun Duli Tuanku Sultan, bukanlah orang Meureudu ini yang keras kepala, akan tetapi Duli Tuanku jualah yang salah dan khilaf, karena tidak tepat pada janjinya,” jawab Tgk Japakeh. Dialog itu mengisyaratkan, karakter orang Meuruedu sebagai masyarakat mata hu su meutaga sudah dicap sejak zaman Sultan Iskandar Muda Namun sesungguhnya, bukan makna masyarakatnya pemberang, melainkan lebih pada sikap tegas dan serius. Bila ada yang menyalahi aturan yang telah disepakati bagi orang Meureudu tak ada alasan untuk tidak ditantang, tak kecuali apakah itu Sultan atau rakyat biasa.

Ternyata, karakter mata hu su meutaga ini juga melekat pada Mustafa Abubakar sebagai orang Meureudu ketika memimpin Aceh sebagai Pj. Gubernur (tahun 2006. Setahun ia memimpijn namun sampai saat ini masih dipuji banyak orang. Karakter ini kadang juga kumat pada Bupati Gade Salam, putra Meureudu yang sekarang jadi bupati Pidie Jaya. Dalam beberapa hal, sikap Bupati Gade Salam dianggap sangat arogan. Namun sisi lain itulah karakter yang diwariskan ulama besar Tgk Japakeh yang selalu tegas dan tidak main-main dengan aturan kepemimpinan yang telah disepakati.

***

Nab Bahany As adalah budayawan, Ketua Lembaga 
Studi Kebudayaan dan Pembangunan Masyarakat (LSKPM) Banda Aceh. Serambi Indonesia.


Read more: http://www.atjehcyber.net/2012/02/bivak-belanda-di-meureudu-mata-hu-su.html#ixzz2O4qYqiVn

berita foto



     Gambar di atas adalah menampilkan suasana perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW masyarakat Aceh yang bermukim di Australia, yang di selenggarakan di Wiley Park Park New South Wales Australia.

Sekapur Sirih

ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAH

SELAMAT DATANG di blog baru saya. terima kasih kepada seluruh pengunjung yang telah memberi 

dukungan dengan cara mengunjungi blog saya.

Blog ini mempunyai misi dan visi yang baik bagi generasi muda Aceh agar bisa tampil lebih baik dalam 

persaingan dunia modern.

Akhirnya saya berharap semoga blog ini bermamfaat bagi setiap pengunjung baik muda maupun tua.

wassalam!