Entri Populer

Rabu, 20 Maret 2013

Dulu pindah agama di anggap tabu, sekarang biasa Saja

Banda Aceh - Pasca bencana Tsunami melanda Aceh 2004 lalu, banyak sekali nilai-nilai yang telah bergeser di tanah Serambi Mekkah. Mulai dari persoalan krisis pemimpin yang Islami hingga gerakan-gerakan pemurtadan yang begitu gencar disasarankan ke Aceh.

"Persoalan hari ini kepemimpinan umat, mulai dari keplor sampai ke tingkat paling tinggi ternyata komitmen menjalankan syariat Islam perlu dipertanyakan," ujar Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. Ibnu Sakdan, M.Pd pada pengajian Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoeh Aceh Kupi Luwak, Rabu (20/3/2013).

Selanjutnya problema lain yaitu krisis kepercayaan kepada pemimpin. Setelah dinaikkan oleh sebuah tim, namun diturunkan kembali oleh tim yang menaikkan tersebut. "Krisis keteladanan juga ada kita alami, berapa banyak pemimpin yang menjadi suri tauladan, kalau tidak bagaimana memimpin rakyat," tandasnya.

Di sisi lain yang lebih meresahkan lagi hari ini, di Aceh sedang ada gerakan pemurtadan besar-besaran. Bukti yang bisa dilihat telah banyak aliran-aliran aneh di Aceh. Perlu dipertanyakan siapa yang berada di belakang. Ternyata mereka sangat pintar mempelajari sosial masyarakat di Aceh melalui pendekatan tersebut.

"Dulu di Aceh pindah agama dianggap tabu, tapi sekarang biasa aja. Ada saya mendapatkan Injil ditulis dalam bahasa Aceh. Pengalaman ada yang berani mengaku bukan Islam di Meulaboeh saat razia WH," tambah Ibnu Sakdan.

Yang paling meresahkan kata Ibnu Sakdan lagi, ada juga beberapa warung kopi di Aceh yang buka 24 jam. Setelah pukul 12 malam datang komunitas-komunitas yang tidak dikenal. "Arisan ibu-ibu untuk brondong ganteng rupanya itu tugas misionaris juga. Dulu misionaris di perbatasan, sekarang di kota malah. Perubahan itu semua pascatsunami," imbuhnya.

Sementara beberapa problema lain yaitu pertarungan ideologi. Banyak masyarakat yang menggunakan ideologi Yahudi. Imperialisme budaya semakin nampak jelas. Tidak ada lagi anak-anak menghormati terhadap orang tua.

Yang terakhir gerakan feminisme. Gerakan HAM yang digalakkan untuk kesetaraan gender. "Pengertian HAM yang diberi pemahaman selama ini. Misalnya sedikit anak disakiti sudah dilapor polisi," tutupnya. [THE GLOBE JOURNAL, Foto FB-Ilustrasi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar